Cerpen "Cinta Sang Bintang"

“Jumpa fans!” seru Tamara senang mendengar informasi dari Angela.
“Iya, jumpa fans para pemain sinetron Semanis Senyummu!” ucap Angela meyakinkan.
Jumpa fans akan di adakan pada hari Minggu siang di Lover Plaza – Semarang.
“Wah, kita bakalan ketemu sama Angga dong!” seru Tamara lagi.
“Aku ngefans berat loch sama dia!” tambahnya.
Angga adalah aktor utama di sinetron itu. Tamara dan Angela sangat menyukai sinetron
ini. Mereka tak pernah absen menontonnya.
Hari Minggu di Lover Plaza – Semarang…
Satu jam lamanya para penggemar menunggu dengan setianya. Mereka rela menunggu
hanya untuk melihat bintang idolanya. Begitu pula dengan Tamara sudah menyiapkan
poster yang bergambar Angga, aktor idolanya.
Penantian mereka berakhir ketika sebuah bus meluncur menuju Plaza dan berhenti di
depan Plaza tersebut. Para aktor dan aktris turun dari bus itu dan mendapatkan
pengawalan sangat ketat. Para penggemar lalu menghampiri bintang pujaan mereka.
Mereka berteriak histeris, ingin minta tanda-tangan, mengambil gambar, photo,
membentangkan poster. Sambil tersenyum, Tamara membentangkan poster itu.
“Angga, I love you…” seru Tamara yang pandangannya hanya terfokus pada Angga.
Ucapan itu terngiang-ngiang di telinga Angga. Angga mencari tahu siapakah gerangan
yang berteriak itu. Angela berusaha untuk menarik perhatian Angga dengan melambailambaikan
tangannya. Dari sekian banyak penggemar yang bersorak membentangkan
poster, tatapan Angga hanya tertuju pada satu orang, yang tersenyum manis padanya
seraya membentangkan poster gambar wajahnya. Angga ingin membalasnya dengan
senyuman tapi biasa kebanyakan bintang top itu jaim alias jaga image.
“Eh, Angel, kamu liat gak, dia tadi memandang aku…wah senangnya!” rona merah
menghiasi pipi Tamara.
Pengawalan sangat ketat sampai para bintang naik ke atas panggung. Arena di sekitar
panggung penuh sesak dengan para penggemar dan pengunjung plaza. Mereka berteriak
histeris ketika para bintang menyapa mereka.
“Hayoo, siapa yang ingin bertanya pada bintang idola kalian?” tanya presenter pada
para penonton yang spontan mengacungkan tangannya.
“Angga udah punya pacar belum?” tanya Angela yang kala itu presenter memberikan
microfon padanya.
“Kalo gitu kita tanya langsung sama Angganya…” ucap presenter kemudian
menyerahkan microfon pada Angga. Angga tersenyum mendengar pertanyaan itu.
“Terus terang…aku belum punya pacar” jawab Angga.
“Ternyata Angga belum punya pacar loch, kalian pasti tau dong acara Katakan Cinta di
RCTI, dia ini bisa dibilang high quality jomblo, jadi bagi para cewek yang mo daftar
jadi pacarnya silahkan aja…wooo maunya!” canda presenter.
“Ada lagi yang mau bertanya?” tanya presenter lagi.
“Denger-denger Angga dan Tya digosipin yang namanya cinlok alias cinta lokasi, bener
gak sich?” tanya seorang cowok yang rada feminim.
“Coba kita tanya aja sama Tya…gimana tuch Tya, katanya kamu dan Angga terlibat
cinta lokasi, apa betul?” tanya presenter pada Tya. Tya lalu melangkahkan kakinya
memegang erat tangan Angga dan menyandarkan wajahnya ke bahu Angga.
“Kalo iya memangnya kenapa…” canda Tya. Para penggemar khususnya cewek-cewek
terlihat jealous mendengar dan melihat Tya terlihat mesra dengan Angga.
“Ya enggaklah, itu semua gosip kok, pasti dech kalo deket sama Angga dibilang ada
apa-apanya. Emang sich, kadang aku suka jalan bareng sama dia, makan sama-sama,
sehabis syuting sambil ngebahas naskah skenario dan latihan sama-sama biar pada saat
syuting kita gak banyak ngelakuin kesalahan. Bagiku Angga teman yang baik, oke,
humoris, suka tepat waktu kalo datang ke lokasi syuting, lawan main yang profesional
en perfect dech pokoknya…” seru Tya.
“Wah, kalian cemburu yach…tapi jangan khawatir, mereka enggak terlibat cinta lokasi
kok, jadi masih ada kesempatan…oke sekarang ada kuis bagi kalian para cewek,
pertanyaan akan dibacakan oleh Angga, dan bagi yang bisa menjawab pertanyaannya
akan mendapatkan hadian voucher makan malam bersama Angga di restoran…” ucap
presenter yang disambut meriah oleh para penonton.
“Pertanyaannya adalah…Aku di sinetron Semanis Senyummu berperan sebagai siapa?”
tanya Angga. Spontan Tamara mengacungkan tangannya paling tinggi di antara
penonton yang lain. Angga lalu memanggil Tamara naik ke atas panggung untuk
menjawab pertanyaannya.
“Nama kamu siapa?” tanya Angga.
“Tamara!” jawab Tamara
“Jawabannya apa?” tanya Angga lagi.
“Andre…” ucap Tamara menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Angga. Senyuman
manis menghiasi pipinya. Angga merasakan pesona senyuman itu.
“Kamu betul…” seru Angga.
“Oke, jadi Tamara mendapatkan hadiah voucher makan malam bersama Angga…
selamat yach!” presenter menyerahkan voucher itu pada Tamara, disambut dengan
ucapan selamat dari Angga.
Tamara dan Angga janji ketemu di restoran yang telah di tentukan oleh panitia.
Sebelumnya Tamara berdandan dibantu oleh Angela.
“Wah, senangnya bisa dinner bareng sama bintang idola” ucap Angela sambil merias
wajah Tamara biar keliatan cantik.
“Selamat berkencan yach, Tuan Putri!” canda Angela.
Angga datang lebih dulu. Dia memastikan bahwa meja yang sudah dipesan tertata rapi
dengan sekuntum mawar dan candle light dinner agar terkesan romantis. Jam 19.00
mereka bertemu.
“Selamat malam, Nona Tamara” sapa Angga.
“Kamu terlihat cantik sekali…silahkan duduk” puji Angga lalu menggeser kursi dan
mempersilahkan Tamara duduk. Tamara terlihat senang sekali bintang pujaan hatinya,
yang diidolakannya sekarang ada dihadapannya, makan malam bersamanya, hanya
berdua. Mereka lalu memesan makanan.
“Oh iya, Tamara aku ingin tanya sesuatu sama kamu…sampai sejauh mana kamu
mengenal aku?” tanya Angga.
“Mengenal kamu…aku membaca dan melihat profile kamu di majalah remaja, sering
tampil di TV sebagai model iklan dan main sinetron, sampai-sampai aku punya poster
kamu, pin-up kamu, buku diary bergambar kamu, guntingan dari majalah, koran tentang
kamu, pokoknya segala sesuatu tentang kamu, aku sangat ngefans berat sama kamu…”
ucap Tamara tenang sambil tersenyum. Lagi-lagi pesona senyuman Tamara
menggetarkan hati Angga.
“Seandainya dia jadi lawan mainku di Semanis Senyummu, mungkin aku bisa
merasakan apa yang namanya cinta lokasi. Wajahnya yang cantik, matanya yang indah,
senyumannya yang manis. Yach ampun! apakah ini yang namanya cinta?, cinta lokasi
bukan sama lawan main di sinetron tapi sama penggemarku yang saat ini makan malam
bersamaku” bisik Angga dalam hatinya. Angga ingin mengenal Tamara lebih dekat. Dia
menanyakan aktifitas Tamara, sekolah, hobby, sampai mengenai hal yang pribadi,
kekasih Tamara. Yang bikin hati Angga senang saat mengetahui Tamara belum punya
kekasih.
“Tamara, aku ingin memberi kamu surprise…tunggu yach.” Lalu Angga berdiri dan
menghampiri petugas karaoke.
Angga ingin menyanyikan lagu If Tomorrow Never Comes – Ronan Keating, khusus
untuk Tamara. Tamara senang sekali mendengarnya.
Diakhir kencan, Angga memberikan kenang-kenangan kepada Tamara, begitu pula
dengan Tamara memberikan hadiah kecil dan berpesan agar Angga tidak melupakan
Tamara.
“Makasih yach Angga, mudah-mudahan malam ini menjadi kenangan yang berkesan
yang tidak akan pernah aku lupakan” ucap Tamara sambil memeluk Angga. Seorang
fotografer mengambil gambar mereka berdua sebagai kenang-kenangan.
Keesokan harinya di sekolah…
“Gimana kencannya tadi malam, Tuan Putri?” tanya Angela.
“Nice en wonderful…”
“Dengan sekuntum mawar dan candle light dinner… romantis banget deh pokoknya…”
“Eh, kamu tau gak, Angga nyanyiin sebuah lagu buat aku…If Tomorrow Never Comes
nya – Ronan Keating, suaranya oke banget. Sambil nyanyi dia memandang dan
tersenyum terus padaku…”
“Udah gitu, selesai dinner Angga kasih aku kenang-kenangan…photo dengan tandatangannya,
miniatur gitar dengan jam yang terletak di tengah-tengah gitar dan nama
Angga terukir di belakang gitar itu, serta souvenir dari panitia” terang Tamara
mengenang kembali peristiwa tadi malam.
“Wah, senangnya…” Angela hanya membayangkan dan merasakan betapa senangnya
kencan bersama bintang idola.
Saat liburan sekolah tiba…
Angga ingin menghabiskan waktunya selama seminggu, mengunjungi kakek-neneknya
di Bandung. Dengan mengendarai mobil sedan, hasil jerih payahnya selama ini, sambil
mendengarkan musik favoritnya. Akhirnya sampailah dia di rumah kakek-neneknya.
“Hai, Angga apa khabar?” sapa pamannya Angga.
“Eh, Paman, baik-baik aja…” sahut Angga. Paman Angga ingin membantu Angga
membawa oleh-oleh, tapi Angga menolaknya. Dia ingin membawanya sendiri.
“Abah, Emak…tebak siapa ini yang datang, bintang film kita!” seru pamannya Angga.
“Angga…kamu Angga khan, makin ganteng aja kamu, Ga!” ucap neneknya memuji.
“Siapa dulu dong, kakeknya!” seru kakeknya. Lalu Angga memberikan oleh-oleh yang
dibawanya pada kakeknya.
“Angga, kamu kenal tidak sama mereka ini?” tanya neneknya sambil menunjuk ke arah
sepasang suami-isteri dan seorang anak kecil yang sedang duduk. Angga
memperhatikan mereka satu-persatu, lalu Angga menggelengkan kepala, tidak
mengenal, karena baru pertama kali Angga melihat mereka.
“Kamu tidak kenal…ini adik bungsu Nenek, Embah Amy…suaminya namanya Embah
Martin, mereka dari Semarang” jelas neneknya.
“Jadi Angga panggil Embah!” seru Paman Angga sambil tertawa.
“…dan yang kecil ini namanya Agung, anak bungsu Embah Amy dan Embah Martin.
Makanya, mengenal silsilah keluarga itu penting, Ga!” tambah pamannya.
“Kamu anaknya Arifin khan?” tanya Embah Amy.
“Iya…Embah.” Pandangan Angga hanya tertuju pada Agung.
“Jadi bocah kecil ini…pamanku, om kecil” bisiknya dalam hati heran.
“Ma, Kakak Angga ini khan yang sering muncul di TV itu loch…Kak Tamara suka
sekali sama dia” tanya Agung meyakinkan mamanya.
“Kamu khan pemeran utama di sinetron Semanis Senyummu itu…Tamara suka banget
loch sama kamu, sampai-sampai di kamarnya banyak sekali gambar kamu” seru Embah
Amy.
“Tamara….?”
“Iya, masak sich kamu tidak kenal sama Tamara. Bukannya kamu pernah makan malam
sama Tamara. Tamara pernah cerita sama saya bahwa dia dapat hadiah voucher makan
malam bersama kamu” ucap Embah Amy menjelaskan.
“Yah ampun, jadi Tamara…tanteku!” pikir Angga terkejut mendengar hal ini.

Agung masuk ke dalam kamar dan menarik tangan Tamara yang kala itu sedang
mendengarkan musik.
“Kak Tamara, Angga, bintang idola Kakak datang!” seru Agung.
“Ah becanda kamu…”
“Benar Kak, gak percaya liat aja di depan!”
Lalu Agung dan Tamara berlari menuju ke ruang tamu. Tamara memastikan apakah
yang dikatakan oleh Agung itu benar.
“Angga…yah ampun, kapan datang?” spontan Tamara memeluk Angga yang kala itu
masih dalam kekalutan, yang dihadapannya sekarang yang tidak lain dan tidak bukan
adalah tantenya, sang penggemar yang membuat Angga jatuh cinta padanya. Tamara
tidak menyadari hal itu. Orangtua Tamara membiarkan Tamara mencurahkan rasa
bahagianya kepada bintang idolanya itu. Nanti mamanya akan memberitahukan
mengenai jati diri Angga sebenarnya.
“Mama, Papa kenal khan sama Angga, yang berperan sebagai Andre di sinetron
Semanis Senyummu…ini loh orangnya!”
“Tamara, aku mau istirahat dulu yach…”
“Oke, tapi nanti kita ngobrol lagi yach, aku kangen banget sama kamu…kamu nginep
khan?”
“I…iya”
Lalu Angga melangkahkan kakinya ke kamar yang telah disediakan bagi tamu yang
ingin menginap. Pikirannya kalut, wajahnya tertunduk lesu mengingat apa yang
diucapkan Embah Amy tadi. Setelah Angga hilang dari pandangan, akhirnya Embah
Amy, mamanya Tamara menceritakan tentang Angga padanya. Tamara terkejut
mendengar hal itu. Baginya Angga bukan hanya seorang bintang idolanya, tapi
seseorang yang telah mengisi hatinya. Yach, Tamara sangat mencintai Angga. Rasa
cintanya pada Angga tidak diberitahukan kepada mamanya, juga yang lain. Hal itu
dirahasiakan olehnya.
Saat makan malam, Angga melihat Tamara hanya terdiam, tidak bicara sepatah katapun
padanya. Tak tampak kecerian di raut wajahnya, tidak seperti saat Tamara menyambut
Angga pertama kali dia datang. Apalagi saat makan malam bersama bintang dan
penggemar waktu itu, pesona senyuman yang menyentuh hati Angga, terasa mahal
baginya. Angga merasa perihal dirinya sudah diberitahukan oleh Embah Amy pada
Tamara.
“Gung, tolong ambilkan Kakak daging ayamnya dong!” pinta Tamara pada adiknya
yang saat itu duduk bersebelahan dengan Angga. Spontan Angga mengangkat wadah
yang berisi daging ayam dan memberikannya pada Tamara.
“Makasih…” Tamara tersenyum tipis, tapi Angga merasa senyuman itu hanya dibuatbuat,
senyuman tanpa makna dan sikap dingin dirasa. Hal itu tak luput dari penglihatan
Papa Tamara. Beliau merasa ada sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua. Hal itu
akan ditanyakan pada Tamara setelah selesai makan.
“Tamara, ada yang ingin Papa tanyakan sama kamu, Papa harap kamu jawab dengan
jujur” ucap papanya sambil menghisap rokok.
“Mau tanya apa, Pa?”
“Apakah kamu menyukai Angga?” tanya papanya. Pertanyaan itu membuat Tamara
terkejut. Dia hanya tertunduk diam, tak mampu menjawab pertanyaan yang dilontarkan
papanya.
“Kok diam, Papa hanya ingin tahu perasaan kamu pada Angga. Papa heran aja saat
kamu menyambut kedatangan Angga, kamu kelihatan senang dan gembira sekali. Tapi
Papa perhatikan pada saat makan malam bersama, kalian diem-dieman kayak patung
gitu, Papa merasa ada sesuatu di antara kalian, kamu menyukai Angga. Papa juga
merasa Angga menyukai kamu. Apakah karena ucapan Mama kamu mengenai siapa
Angga sebenarnya, setelah kamu tahu, kamu jadi berubah sikap seperti ini. Angga
mungkin merasakan perubahan sikap kamu, jadi dia serba salah untuk bicara sama
kamu. Disatu sisi dia sudah tahu siapa kamu, disisi lain dia merasa kamu sudah
mengetahui siapa dia. Gini aja dech, Papa ingin kamu jawab “YA” atau “TIDAK”
simple khan?” ucap papanya mengusulkan. Tamara mendekati papanya dan
memeluknya.
“Iya Pa, Tamara suka sama Angga…dia…” ucap Tamara sambil menangis dipelukan
papanya, tak kuasa menahan perasaannya.
“Sudahlah sayang, Papa tahu perasaan kamu bahwa kamu menyukai Angga. Cinta itu
tak mudah diterka, tak mengenal siapa yang mencintai dan siapa yang dicintai. Sekarang
kamu sudah mengenal Angga, Papa harap kamu mencintai Angga sebagai cinta seorang
penggemar pada bintang pujaannya, tidak lebih dari itu. Dan Papa harap kamu bersikap
sewajarnya agar Angga tidak canggung bicara sama kamu. Kamu bisa kan, Tamara?”.
Papanya berusaha menenangkan hati putri kesayangannya. Tamara menganggukkan
kepala sambil menangis tersedu-sedu. Tak sengaja, diwaktu yang sama, Angga
mendengar pembicaraan mereka berdua. Mendengar bahwa Tamara juga mencintainya,
Angga merasa senang sekali. Tapi perasaan itu pupus lantaran mengetahui perihal
hubungan mereka.

Malam ini Angga tak dapat tidur. Mengenang kembali saat pertama kali bertemu
dengan Tamara. Wajahnya, matanya, senyumannya menggoda pikirannya. Baginya hal
itu kenangan yang sangat indah. Tak seorangpun dapat menggantikan posisi Tamara
dalam hatinya. Tapi Angga menyadari hal itu tak mungkin lagi, apalagi setelah
mengetahui Tamara masih kerabat dekatnya. Dia berusaha meyakinkan dirinya,
merubah perasaannya seperti layaknya cinta pada teman, kepada saudara, atau cinta
sang bintang kepada penggemarnya, seperti yang dikatakan Embah Martin pada
Tamara. Tak kuat menahan kantuk, akhirnya Angga tertidur pulas.
Keesokan harinya…
Di pagi hari yang cerah, Angga beranjak dari tempat tidur dan bergegas mandi. Setelah
mandi dan berpakaian, Angga melihat Tamara sedang duduk sendiri, sedang
memandang jauh kebun teh yang menghampar luas. Angga menghampirinya.
“Selamat pagi, Tamara!” sapa Angga.
“Pagi, eh kamu Angga…” sahut Tamara. Dengan spontan dia menyeka air matanya. Hal
itu tak luput dari penglihatan Angga. Matanya yang indah sebelumnya, saat ini terlihat
sendu. Ada sesuatu yang disembunyikan olehnya. Angga ingin mencari tahu. Angga
merasa pembicaraan Tamara dan papanya tadi malam masih membekas di hatinya.
“Oh iya Tamara…kamu sudah mengenal siapa aku khan…lucu yach, ternyata kita…
masih kerabat dekat.”
Tamara menatap wajah Angga. Tak sadar air matanya menetes, membasahi pipinya.
Angga melihat hal itu, Angga memalingkan pandangannya agar tak larut dalam
kesedihan yang dialami Tamara.

“Angga…aku…aku sangat mencintai kamu!.” Tamara memeluk Angga dengan erat.
Angga membiarkan Tamara menumpahkan kesedihan di bahunya. Lalu Angga
memandang wajah Tamara dan tersenyum padanya.
“Tamara, terus terang, aku…aku juga mencintai kamu…tapi ini tidak mungkin bagi
kita, karena kita masih…” tak kuasa mendengar ucapan Angga, Tamara menyentuh
bibir Angga dengan jarinya. Dia tidak ingin mendengar Angga meneruskan ucapannya,
karena bisa menyakitkan hatinya.
“Ya Tuhan, seandainya aku mati, aku ingin dilahirkan kembali ke dunia menjadi
orang lain. Kami saling mencintai. Satukanlah cinta kita di kehidupan yang akan
datang”
0 komentar:

Posting Komentar

My Profile :

My Profile :

Total Pengunjung :

Followers