Cerpen "Anggun"

Suatu hari, ada seorang gadis yang menelpon temannya, nyasar ke handphone
aku. “Mungkin kamu salah sambung” jawabku. Lalu dia memastikan bahwa nomor
yang dia tuju itu sesuai dengan nomor temannya.
“Maaf yach…Assalamu’alaikum” ucapnya, seraya meminta maaf kalau dia
salah memencet dua digit nomor temannya itu.
“Wa’alaikum salam…” jawabku membalas salamnya.
Aku kagum dibuatnya, karena kata-kata yang diucapkan gadis itu…tutur katanya
lembut, hingga aku berpikir “Cantikkah dia?”
Suatu ketika, aku ingin telpon ke WARTEL, karena pulsa hape-ku habis. KBU
penuh, aku menunggu. Ada salah seorang penelpon keluar dari bilik dan berkata pada
penunggu wartel, yang kebetulan teman si penelpon, bahwa barusan yang dia telpon
adalah seorang gadis cantik, padahal si penelpon tidak pernah bertemu dengan gadis itu,
sambil memberitahu nomor telpon tersebut. Aku kaget, telpon yang disebut si penelpon
itu sama dengan nomor hape gadis yang waktu itu nyasar ke hape-ku.
Aku penasaran ingin mengenal lebih dekat dengan gadis itu. Aku menelponnya,
berkenalan dengan gadis itu, ANGGUN namanya. Setiap saat, aku selalu kirim SMS
yang berisikan kata-kata mutiara, motivasi hidup, sering pula dia meminta masukan dan
bantuanku mencarikan informasi mengenai Ayat-ayat Suci Al-Qur’an yang akan atau
sudah dikaji bersama teman-temannya. Dengan senang hati aku membantunya, walau
aku belum pernah bertemu dengannya, atau dia sengaja ingin menguji seberapa besar
pengetahuanku tentang agama. Terkadang lewat SMS, aku membuat Anggun tertawa,
terhibur.
“Kecantikan akan lebih bernilai, penuh karisma, penuh pesona, bila dibalut dengan
KEBAIKAN HATI, KEINDAHAN UCAPAN DAN PERBUATAN.”
“CANTIK belum tentu ANGGUN, tapi ANGGUN pasti CANTIK”
Ini adalah dua dari beberapa SMS yang aku tujukan pada Anggun. Aku merasa, bahwa
Anggun adalah gadis yang baik, terhormat, shalihah. Seorang sosok muslimah yang
selalu dalam setiap penampilannya sehari-hari mengenakan penutup aurat, jilbab. Aku
menilai, seorang gadis yang mengenakan jilbab akan terlihat anggun, melebihi
pandangan dan penilaian apa yang disebut dengan istilah Inner Beauty – kecantikan di
dalam diri, hati dan Outer Beauty – kecantikan luar, fisik.
Di hari minggu pagi yang cerah, seperti biasa, aku bersepeda, berolahraga
mengitari taman. Sedang asyiknya bersepeda, aku melihat seorang nenek ingin
menyeberang jalan. Tak jauh dari situ, aku melihat sebuah mobil meluncur dari arah
kanan melintasi taman.
“Astagfirullah, nenek itu pasti tidak melihat?!” pikirku cemas, takut terjadi apa-apa
yang menimpa nenek itu. Takut nenek itu tertabrak mobil, aku segera mendekati nenek
itu, dan membantunya menyeberang.
“Terima kasih ya, nak…” ucap sang nenek.
Aku membantu menuntun nenek itu menuju bangku taman. Sang nenek mengajakku
bicara, ia menceritakan tentang gadis yang membantunya menyeberang minggu lalu.
Persis seperti apa yang aku lakukan tadi.
“Boleh saya tahu, nama gadis itu, Bu?” tanyaku penasaran.
“Kalau tidak salah, Anggun…ya, Anggun namanya”
Aku kaget, saat sang nenek menyebutkan nama si gadis itu, Anggun. Tak asing bagiku
nama itu. Hatiku bertanya, apakah dia, Anggun yang ingin aku kenal lebih jauh, apakah
dia orang yang sama. Semoga.
“Walaupun ibu tidak bisa melihat jelas wajahnya, ibu dapat merasakan bahwa dia gadis
yang baik, santun, lembut, terdengar jelas dari tutur katanya yang lembut” ucap sang
nenek menjelaskan kepribadian Anggun. Ya, aku setuju nek!, persis dugaanku tentang
karakter Anggun yang aku kenal, bisikku.
Saat itu, aku melihat seorang gadis melintasi taman. Dia memandang kami yang sedang
duduk di bangku taman. Aku balas memandangnya. Kami saling berpandangan, sampai
akhirnya dia jauh dari pandanganku.
“Apakah dia orangnya?” bisikku dalam hati.
Malam harinya, aku menelpon Anggun. Aku menceritakan padanya tentang
nenek yang aku temui tadi pagi. Aku ingin memastikan bahwa gadis yang diceritakan
nenek itu adalah Anggun yang ditelponku saat ini.
“Apakah benar, minggu lalu kamu bertemu dengan seorang nenek, dan membantunya
menyeberang?”
“Apakah benar Anggun yang dimaksud nenek itu, kamu?”
“Aku yakin itu pasti kamu, iya khan?”
Berjuta-juta pertanyaan yang aku ajukan, untuk menghilangkan rasa penasaranku.
Hingga sampai-sampai Anggun menahan untuk menjawab pertanyaanku satu-persatu.
“Kalau gadis yang nenek ceritakan itu bukan aku, gimana Mir?”
“Aku…aku hanya ingin memastikan saja kalau itu memang benar-benar kamu, aku
minta maaf jika dugaanku salah”
“Kalau dugaan kamu benar, gimana?”
“Benar? Maksud kamu?”
“Iya, kalau memang benar Anggun yang diceritakan nenek itu adalah…aku”
Mendengar hal itu, spontan aku mengungkapkan perasaanku, bahwa Aku mencintainya,
dan ingin segera bertemu dengannya. Anggun memberitahukan tentang dirinya, bahwa
dirinya tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan olehku selama ini. Tapi aku tetap
bersikukuh mencintainya.

“Kamu tahu Mir, bahwa Rasulullah SAW, bersabda, untuk menentukan pilihan kekasih
atau pasangan hidup kita kelak bukan hanya kita melihat dari sisi kekayaannya,
keturunannya, kecantikan ataupun ketampanannya, tapi yang terbaik dan yang paling
penting dan utama adalah agamanya, yang akan menuntun kita untuk mencapai
kebahagian di dunia maupun di akhirat kelak…” jelasnya padaku yang membuat hatiku
terketuk untuk berpikir jernih sebelum memutuskan keinginanku.
“Terus terang, kita belum pernah bertemu walaupun hanya kenal lewat telepon, terasa
kita kenal begitu dekat, tapi kamu belum mengenal siapa aku, apakah sesuai dengan apa
yang kamu harapkan” tambahnya.
“Aku rasa cukup dengan tutur kata saja, aku bisa menilai karakter seseorang, bahwa
kamu gadis yang baik, itu dibenarkan juga oleh nenek itu” ucapku untuk
meyakinkannya.
“Kamu yakin, hanya dengan tutur kata, ucapan seseorang, kamu dapat menilai karakter
seseorang? Tanpa kamu mengenali siapa dirinya, keluarganya, statusnya?” tanyanya
lagi.
Pertanyaan itu membuatku sedikit ragu untuk menimbang kembali perasaanku. Tapi aku
tetap bersikukuh untuk mengungkapkan perasaanku padanya.
“Anggun, dalam kondisi apapun kamu, aku tetap mencintai kamu…maukah kamu jadi
kekasihku” ucapku mantap. Pembicaraan ditelepon hening sesaat, sampai akhirnya…
“Assalamu’alaikum…” salamnya untuk mengakhiri pembicaraan.
“Wa’alaikum salam…” jawabku membalas salamnya agak sedikit kaget sampai
terdengar dengingan ditelingaku suara telepon terputus.
Suatu hari, aku sedang duduk dibangku taman. Aku ingin sekali bertemu dengan
Anggun. Ketika itu, melintas dua orang pria, yang tak lain adalah si penelpon dan
penunggu WARTEL waktu itu. Dia bilang sama temannya, bahwa ia pernah janji
ketemuan dengan Anggun di taman, memastikan bahwa Anggun itu orangnya cantik
dan seksi. Ternyata, saat bertemu, tidak sesuai harapannya, bahwa Anggun orangnya
malah kebalikannya, tidak cantik. Mendengar hal itu, aku tidak patah semangat. Aku
sudah berjanji pada diriku sendiri.
Aku janji untuk bertemu dengan Anggun di taman. Dia sudah menungguku. Dari
kejauhan aku memandangnya. Dia mengenakan jilbab, sedang duduk sendirian. Mataku
selalu tertuju padanya. Ternyata benar apa yang dibilang cowok itu. Inilah Anggun yang
telah mengusik hatiku, tidak sesuai dengan apa yang aku bayangkan selama ini, wajah
yang cantik. Tapi hatiku sudah mantap, dalam kondisi apapun dirinya, aku akan tetap
mencintainya. Aku menghampiri, berkenalan kembali dan mengajaknya ngobrol.
Sebagai pertemuanku yang pertama kali, aku ingin mengajak Anggun makan malam di
sebuah restoran.
“Bolehkah aku mengajak seseorang, Mir?” tanyanya.
“Boleh saja, memangnya kenapa?”
“Kamu khan tahu, tidak baik bagi seorang gadis berdampingan dengan seorang pria
yang bukan muhrimnya, berdua…”
“Terus yang ketiganya setan, iya khan?!” .
Kami tertawa renyah. Dia tidak ingin berlama-lama di taman. Sesuai yang dia katakan,
larangan itu, karena kami hanya berdua di taman. Aku merasa heran kalau nada
suaranya berbeda dengan yang aku dengar selama ini. Mungkin saja lewat telepon, jadi
akan terasa berbeda dengan suara aslinya.
Malam harinya, aku bertemu Anggun di restoran. Aku datang lebih dulu, agar
aku dapat mempersiapkannya. Aku duduk di meja yang sudah dipesan olehku.
“Anggun, kamu ingin pesan apa? aku yang catat…tinggal sebut saja”. Dia tersenyum.
Lalu aku memberikan menu, dan mencatat pesanan yang dia sebutkan.

“Oh iya, katanya kamu ingin mengajak seseorang? Sekarang dia ada dimana?”
“Mmm…tunggu sebentar lagi yah, pasti dia datang kok”
Sambil menunggu pesanan tiba, “Anggun” memberikan secarik surat padaku. Lalu aku
membaca surat itu.




Aku menanyakan maksud dari isi surat ini pada “Anggun”. “Anggun”
menjelaskan bahwa dirinya bukanlah Anggun yang sebenarnya, dia adalah seorang
pesuruh/pembantu untuk menyamar sebagai Anggun. Lalu dia memberitahu bahwa
Anggun yang sebenarnya sedang menunggu di meja yang lain, di sudut restoran. Wanita
itu menunjuk ke arah seorang gadis yang sedang duduk sendirian. Aku memandangnya
dengan tegas. Dia tersenyum padaku. Kami saling berpandangan. “Ternyata dia
memang, CANTIK, ANGGUN, seanggun namanya…”
1 komentar:

Casino Finder (Google Play) Reviews & Demos - Go
Check Casino Finder (Google Play). A look casino-roll.com at some of the https://octcasino.com/ best gambling sites in the 토토 사이트 코드 world. gri-go.com They offer a https://deccasino.com/review/merit-casino/ full game library,


Posting Komentar

My Profile :

My Profile :

Total Pengunjung :

Followers